Gangguan Mental pada Anak
GANGGUAN MENTAL PADA ANAK
ILMU BUDAYA DASAR
Disusun
oleh:
Elisabeth
Theophany Christiane (12315175)
1TA02
UNIVERSITAS GUNADARMA 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penderitaan berasal dari kata
derita. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan
bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namur peranan individu
juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang
dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi
orang lain.
Gangguan
mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak
dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut
didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan
pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan
waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang
definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah
digunakan secara luas.
B. Rumusan
masalah
Apa saja yang menyebeb ganggan
mental?
C. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui penyebab gangguan
mental
BAB II
ISI
A. Pengertian
Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan termasuk realitas dunia dan
manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga
yang ringan. Namur peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum
tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Pengaruh
/ dampak yang dapat ditimbulkan dari penderitaan dapat berupa dampak positif
ataupun dampak negative. Sikap ini sangatlah berpengaruh dari kepribadian orang
yang mengalami penderitaan, jika orang ini mempunyai kepribadian yang sabar
maka dampak yang ditimbulkan akan membuat orang ini semakin tabah, ulet, dan
lainnya. Begitupula sebaliknya.
B.
Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
Apabila di kelompokan
secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka
penderitaan manusia dapat di perinci sebagai berikut:
1.
Penderitaan yang menimpa
manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama
manusia dan hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan sekitarnya.
Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan
manusia.
2.
Penderitaan manusia dapat juga
terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan.
C.
Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami
penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam
dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif.
Sikap positif yaitu
sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya
kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap
anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu
tiri,ia berjuang menentang kekerasan dan lain-lainnya
Apabila sikap
negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca,
penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai
kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah
tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, keadaan
yang berupa hambatan harus disingkirkan.
D. Pengertian
Gangguan Mental
(Psikoneurosis)
Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak
dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut
didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan
pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan
waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang
definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah
digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar
negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang
memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
E. Penyebab Gangguan mental
Penyebab
gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori
terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan.
Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela,
menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan
tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan pengobatan
umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan
diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana
hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan
yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau
dinilai memiliki kelainan mental) yang akan mengarh ke berbagai gerakan sosial
dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
Faktor
yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental adalah:
1. Faktor
fisiologis dan biologis, seperti terjadinya kerusakan pada otak (brain damage),
kegagalan perkembangan otak, ataupun cacat fisik lainnya yang berpengaruh pada
kegagalan otak. Faktor-faktor ini biasa disebut dengan Samatogenik
2. Faktor
psikologis, seperti rasa sepi, stress, kecemasan, dan sebagainya. Faktor ini
biasa disebut dengan Psikogenik
3. Faktor
lingkungan, seperti peperangan, kerusuhan rasial, kelaparan, kehidupan di
penjara, lingkungan sekolah yang terlalu kompetitif, dan sebagainya
Aspek
psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
1. Pengalaman awal
Pengalaman
awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu
terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini adalah merupakan
bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di
kemudian hari.
2. Kebutuhan
Pemenuhan
kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah
mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang mengeksploitasi dan segenap
kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang
disebut dengan tingkatan pengalaman puncak. Dalam berbagai penelitian ditemukan
bahwa orang-orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh
ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang
dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan
biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan harga
diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
F. Jenis-
Jenis Gangguan Mental Pada Anak
1. Kecemasan
Setiap orang memiliki rasa
takut dan cemas. Adalah normal bagi seorang anak untuk memiliki rasa takut dan
fobia. Namun dalam kasus ini ketika seorang anak takut maka menjadi berlebihan,
berkeringat dan menangis tersedu-sedu, atau mimpi buruk berulang kali. Gangguan
kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling umum yang dapat
mempengaruhi anak-anak, dengan tingkat prevalensi 10%-20%. Gangguan kecemasan
dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti:
a. Takut secara spesifik atau fobia
b. Ketakutan terlalu sering dan tidak
realistis
c. Kecemasan sosial
d. Obsesif kompulsif
e. Panic
f. Pasca trauma
2. Skizofrenia
Gangguan ini tidak terbatas
pada orang dewasa. Rata-rata dari 40 ribu anak, 1 anak mengalami skizofrenia.
Anak-anak yang skizofrenia, menunjukkan beberapa pola perilaku berikut:
a. Berbicara berulang kali pada diri
sendiri
b. Menghindari kontak sosial
c. Berbicara dan melihat hal-hal yang
tidak ada
d. Bermasalah dengan memori dan
penalaran
e. Depresi dan kurangnya emosi
f. Tidak mempunyai perhatian
Sulit untuk mendiagnosa
gangguan mental pada anak dengan benar , dan skizofrenia merupakan salah satu
gangguan tersebut yang seringkali salah didiagnosis sebagai gangguan autisme
atau bipolar.
3. Perilaku
Gangguan perilaku adalah salah
satu gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak. Anak-anak dengan
gangguan ini suka menjadi trouble maker dan benci untuk mengikuti aturan.
Disamping itu beberapa perilaku destruktif juga akan terlihat.
4. Pervasif
Komunikasi intelektual dan
ekspresi adalah bagian dari gangguan ini. Contohnya adalah seperti tidak adanya
pemahaman akan bahasa, cara berbicara, dan bagaimana mereka merespon dengan
benar terhadap dunia luar. Gangguan pervasif ini adalah jenis yang paling parah
gangguan mental pada anak-anak, yang mempengaruhi sekitar 10-15 anak dalam
jumlah 10 ribu anak. Autism adalah salah satu bentuk dari gangguan ini.
5. Mood
Kesedihan, perasaan tidak
berharga dan putus asa adalah tanda-tanda utama gangguan mood. Gangguan
tersebut dapat menyebabkan anak melakukan bunuh diri.
Depresi adalah suatu jenis
gangguan mood, yang melihat di kalangan anak-anak dari usia 6-12 tahun.
Perasaan bersalah, kehilangan nafsu makan dan kurangnya minat dalam melakukan
sesuatu adalah beberapa diantara tanda-tandanya.
Seorang anak mungkin akan
gembira selama satu menit, dan kemudian bisa sangat tertekan setelah beberapa
lama. Ha ini disebut gangguan mood bipolar.
6. Hiperaktif
Gangguan ini terjadi hampir
pada semua anak yang menderita gangguan mental. Hiperaktif lebih sering terjadi
pada anak laki-laki. Anak-anak hiperaktif menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Tidak bisa mengikuti arah
b. Cepat bosan dengan tugas-tugas dan
pekerjaan
c. Sangat aktif, tidak bisa diam,
selalu ingin bergerak terus
d. Tidak bisa berkonsentrasi atau focus
e. Berbicara terus dan tidak pernah
mendengarkan
f. Menyentuh dan bermain dengan segala
sesuatu
g. Berbicara tanpa berpikir dan
bertindak sangat emosional
G. Gejala
Gangguan Mental Anak
Anak-anak dapat menunjukan
tanda-tanda karena berbagai alasan meliputi genetika, kematian orang yang
dicintai seperti orang tua atau saudara, perceraian orang tua, dan sebagainya.
Kondisi ini secara perlahan akan menyebabkan gejala gangguan mental berikut:
a) Anak mulai menunjukan adanya
penurunan yang konsisten dalam kinerja mereka di sekolah. Nilai yang rendah,
kurangnya partisipasi dalam berbagai aktivitas, dan menarik pergaulan dari
teman sekelas merupakan gejala gangguan mental.
b) Terkadang, anak-anak dapat mengalami
kecemasan dan mereka menolak untuk memisahkan diri dari orang tua mereka,
menolak untuk pergi ke sekolah atau tempat lain.
c) Anak-anak dapat menjadi hiperaktif
dan memiliki rentang perhatian yang sangat sedikit. Mereka dapat dengan mudah
teralihkan dan gagal melakukan suatu tugas tertentu atau kegiatan.
d) Menunjukan agresi adalah tanda-tanda
umum gangguan mental pada anak-anak. Mereka akan melemparkan kemarahan dan
merugikan orang lain di sekitar mereka tanpa rasa bersalah.
e) Karena keadaan mereka yang sering
berubah pikiran, anak-anak yang menderita penyakit mental cenderung menghadapi
mimpi buruk dan insomnia.
f) Tidak patuh merupakan gejala
penyakit pada anak. Tidak peduli seberapa banyak anda meminta mereka untuk
berperilaku dengan baik, mereka tidak menunjukan tanda-tanda perubahan yang
lebih baik.
H. Gangguan
Mental Anak Akibat Kesalahan Orang Tua
Dalam
masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting dalam pembentukan
kepriadian. Hubungan orang tua-anak yang salah atau interaksi yang patogenik
dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri. Kadang-kadang
orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak
itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit dan tidak
merangsang anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang
dibutuhkannya. Kadang-kadang mereka malahan mengajarkan anak itu pola-pola yang
tidak sesuai. Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada
keadaan sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak
bereaksi secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah
tetapi kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian
hari. Akan tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat dalam
latar belakang anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan
berlebihan, manja berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standard moral yang
kaku dan tidak realistik, disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang
tidak sehat, contoh orangtua yang salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah
tangganya yang berantakan, tuntutan yang bertentangan.
Faktor-faktor gangguan mental anak
akibat orang tua :
1. Melindungi anak secara berlebihan
karena memanjakannya
Hanya memikirkan dirinya sendiri, hanya tidak
menuntut saja, lekas berkecil hati, tidak tahan kekecewaan. Ingin menarik
perhatian kepada dirinya sendiri. Kurang rasa tanggung jawab. Cenderung menolak
peraturan dan minta dikecualikan
2. Melindungi anak secara berlebihan
karena sikap “berkuasa” dan “harus tunduk saja”
Kurang berani dalam pekerjaan, condong lekas
menyerah. Bersikap pasif dan bergantung kepada orang lain. Ingin menjadi “anak
emas” dan menerima saja segala perintah.
3. Penolakan (anak tidak disukai)
Merasa gelisah dan diasingkan. Bersikap melawan
orang tua dan mencari bantuan kepada orang lain. Tidak mampu memberi dan
menerima kasih sayang.
4. Memberikan tuntutan diluar kemampuan
anak
Merasa memiliki tanggung jawab dan membuat anak
menjadi stress jika tidak berhasil. Jika stress tersebut terjadi secara
berkepanjangan maka anak bisa saja mengalami depresi.
Kehilangan
hakikat pendidikan juga dapat menyebabkan kerusakan mental. Belakangan ini
banyak kejadian kenakalan remaja semakin meningkat. Potret pendidikan yang
tidak menjamin adanya perubahan kearah yang lebih baik, seperti kita saksikan
dan hampir semua orang tahu bahwa pelaksanaan Ujian Nasional mengalami ketidak
jujuran dimana-mana, anak mencontek dan bahkan guru memberikan kunci jawaban
pada siswanya demi sebuah reputasi baik dan bisa menyenangkan orang tua karena
bisa meluluskan siswanya. Banyak anak-anak jenius dan berbakat yang tidak menjadi
apapun karena salah asuh oleh orang-orang dewasa, terutama oleh orang tua dan
gurunya dikarenakan ketidakmengertian mereka. Orang tua dan guru lebih
menekankan pada target pencapaian nilai akademis, namun lupa akan potensi
alamiah anak sebagai manusia untuk menjadikannya manusia yang dapat berguna
bagi manusia dan alamnya. Ketika anak tidak mencapai nilai akademiknya, sering
anak diberi label yang membuat si anak terpuruk. Ini telah terjadi sejak lama
dan berulangkali menuai kritik.
Selain
itu, kurangnya perhatian ayah juga mempengaruhi mental seorang anak. Penelitian
Ilmu Psikologi menemukan bahwa peran ayah sangat besar dalam menumbuhkan rasa
keberhargaan dalam diri anak, baik pria maupun wanita.
Salah satu sisi pengaman anak
perempuan agar tidak mudah terjebak dalam seks pranikah adalah kedekatan dengan
sang Ayah. Dia membutuhkan figur seorang pria yang baik, pengasih dan
penyayang.
Anak perempuan pertama-tama mengenal
“dunia” pria dari sang ayah. Dia mendapatkan identitas seksual sebagai perempuan
dari sang Ayah yang memperlakukan dia sebagai anak putri dengan baik.
Selain itu, ada dua penelitian lainnya
yang memperlihatkan hubungan antara rusaknya akhlak anak dengan peran sang
ayah.
Dr. Tony Ward dari University
of Melbourne, Australia, dalam penenelitiannya, para periset mewawancarai
55 laki-laki yang dipenjara karena penganiayaan terhadap anak-anak dan 30
laki-laki yang dipenjara karena terlibat kasus pemerkosaan.
Mereka diminta memberikan persepsinya
terhadap hubungan mereka di masa kanak-kanak dengan ayah dan ibunya. Sebagai
perbandingan, para peneliti juga mewawancarai 32 laki-laki yang dipenjara
karena kejahatan kriminal dan 30 laki-laki yang dipenjara bukan karena
kekerasan atau kejahatan seksual.
Lebih lanjut, para pemerkosa dan pelaku
penganiayaan anak-anak ini, rata-rata menggambarkan ayahnya bersikap “menolak”
dan “kurang konsisten” ketimbang ibu mereka.
I.
Gangguan
Mental Anak Akibat Lingkungan
Seorang
anak yang mendapatkan intimidasi,
pengucilan, dan pembullyan dapat mengalami gangguan mental. Hal-hal tersebut
dapat terjadi karena adanya perbedaan fisik (kecacatan), sikap, suku, dan
faktor keturunan. Gangguan mental yang terjadi dapat berupa kurangnya percaya
diri seorang anak, anak jadi antisosial atau tidak bisa bersosialisasi, dan
lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Gangguan mental atau penyakit
kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku
yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian
dari perkembangan normal manusia. Gangguan mental juga dapat terjadi pada anak.
Salah satu faktor yang mengakibatkan gangguan mental pada anak adalah kesalahan
pola asuh orang tua.
Saran :
Untuk mengurangi risiko gangguan
mental, seorang anak sangat membutuhkan perhatian, perlindungan serta ajaran
tentang etika dari orang tua. Sebaiknya orang tua lebih seirng memberikan
waktunya untuk anaknya karena asal mula etika anak diajarkan oleh orangtuanya
masing-masing
SUMBER
Komentar
Posting Komentar