Beton Precast



Beton Precast
A.   Pengertian
            Beton Precast atau juga disebut beton pracetak merupakan bahan beton yang telah dibuat di pabrik dengan bentuk sesuai cetakan, kemudian beton yang dicetak tersebut akan diangkut dan dipasang ke tempat lokasi konstruksi bangunan.

            Beton Precast buatan pabrik seperti beton flyslab terbuat dari campuran bahan bangunan dengan berbagai ukuran sesuai standart yang ditentukan oleh perusahaan. Sehingga produk akhir beton pracetak memliki tampilan yang alami.

            Dengan menggunakan teknologi modern yg dibuat di pabrik, beton precast flyslab sendiri difungsikan untuk menyertakan berbagai aplikasi arsitektur dan struktural dengan bagian atau seluruh sistem bangunan.

            Bahan yang telah dibuat di pabrik juga digunakan untuk semua atau salah satu bagian dari sebuah bangunan. Kelebihan menggunakan beton precast yg dibuat di pabrik adalah peningkatan kualitas bahan dan mengurangi berat dari konstruksi tersebut.
           
            Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era ini. Selain praktis dan manfaat di atas, beton precast seperti beton pracetak flyslab juga akan berdampak pada lingkungan serta penghematan biaya kontruksi bangunan.

            Dengan memproduksi beton pracetak dalam lingkungan yang terkendali/ di pabrik (biasanya disebut sebagai precast plant), beton pracetak ini dapat terbentuk dengan sempurna  dan diawasi secara ketat oleh karyawan pabrik. Memanfaatkan sistem Beton Precast memberikan potensi keuntungan yang banyak selama proses pengecoran beton di lapangan.  

            Proses produksi beton precast dilakukan pada permukaan tanah, yang membantu dalam tingkat keselamatan kerja proyek keseluruhan. Terdapat kontrol yang lebih ketat pada kualitas bahan dan pengerjaan di pabrik pracetak daripada di lokasi konstruksi.  Secara finansial, cetakan-cetakan yang digunakan di pabrik pracetak dapat digunakan kembali ratusan hingga ribuan kali sebelum mereka harus diganti, yang memungkinkan biaya bekisting per unit lebih rendah daripada untuk produksi  langsung di lapangan proyek.

B.   Sejarah Perkembangan Sistem Pracetak
            Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.

            Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.

            Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom plat pantai.

C.   Perkembangan Sistem Pracetak Di Dunia
            Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti dinding .kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.

            Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang system pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).

D.   Perkembangan Sistem Pracetak Di Indonesia
Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).

E.   Keunggulan dan Kelemahan Beton Precast
            Sebenarnya beton pracetak flyslab tidak berbeda jauh dengan beton biasa. Yang membuat berbeda adalah metode fabrikasinya. Pada umumnya penggunaan beton pracetak lebih ekonomis dibandingkan dengan beton cast-in-place atau beton yang pengecoran ditempat dengan alasan :
a)      Mengurangi biaya pemakaian bekisting
b)      Mereduksi biaya upah pekerja
c)      Mereduksi durasi pelaksanaan proyek, sehingga overhead yang di keluarkan kecil.
            Pada dasarnya beton flyslab itu dibuat tidak di tempat pelaksanaan proyek melainkan di tempat lain, misalnya pabrik dan lain-lain. Sehingga akan menambah biaya angkut untuk transport beton pracetak ke lokasi proyek dan kelebihan juga, beton pracetak ini tidak terpengaruh cuaca yang berubah-ubah karena tidak dilakukan di lokasi proyek.

a.       Keunggulan :
a)      Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunan
b)      Dicapainya tingkat flexibilitas dalam proses perancangannya
c)      Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana
d)     Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit
e)      Mempunyai aspek positif terhadap schedule, terutama kemudahan di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan
f)       Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri.
g)      Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif lebih murah
h)      Waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena pekerja lapangan (di lokasi proyek) hanya mengerjakan cast-in-situ dan kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen beton pracetak.
i)        Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihasilkan di lingkungan pabrik.
j)        Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca
k)      Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan durasi proyek yang lebih singkat.
l)        Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.
m)    Mampu mereduksi biaya konstruksi.
n)      Dapat dihasilkan bangunan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.

Ditinjau dari pengalokasian dana dalam suatu proyek sipil dan gedung:
·         Biaya kantor pusat : 6% – 8%
·         Biaya konstruksi: 65% – 70%
·         Biaya mekanikal : 10% -15%
·         Biaya listrik : 10% – 15%
·         Biaya kontingental : 10% -15%

            Dapat dilihat biaya yang paling besar, adalah biaya untuk konstruksi bangunan gedung itu sendiri. Maka untuk menghemat biaya proyek kita harus cermat-cermat dalam mereduksi biaya konstruksi. Salah satu teknologi untuk mereduksi biaya konstruksi adalah dengan beton pracetak flyslab. Penghematan biaya dari teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut :
·         Upah tenaga pabrik (pembuat beton pracetak) lebih rendah daripada pekerja tukang kita di lapangan.
·         Pemakaian bekisting lebih hemat
·         Waktu penyelesaian proyek lebih cepat.
·         Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar bekerja di permukaan tanah.
·         Tidak terpengaruh cuaca.

            Walaupun begitu, selain memiliki banyak keunggulan tadi, penggunaan beton precast tidak lepas kekurangan yang ada bila dibandingkan dengan penggunaan pagar beton, misalnya saja:
a)      Adanya biaya tambahan untuk transportasi saat memindahkan beton dari pabrik ke lokasi konstruksi. Biaya untuk pemindahan beton ini tentunya tidak sedikit, apalagi bila beton yang diangkut dalam jumlah banyak.
b)      Selain itu ada lagi biaya sewa gudang untuk menyimpan beton-beton yang sudah tercetak sebelum dibawa ke lokasi konstruksi. Semakin banyak beton yang dicetak, tentu semakin luas gudang yang diperlukan, artinya semakin besar juga biaya sewa yang harus dikeluarkan tersebut.
c)      Membutuhkan investasi awal yang besar dan teknologi maju
d)     Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian
e)      Diperlukan peralatan produksi ( transportasi dan ereksi )
f)       Bangunan dalam skala besar

F.    Permasalahan Umum Pada Pengembangan Sistem Pracetak
Ada 5 masalah utama dalam pengembangan sistem pracetak :
1.      Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
2.      Sistem ini relatif baru
3.      Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system pracetak yang telah ada.
4.      Keandalan sambungan antarkomponen untuk system pracetak terhadap beban gempa yang selalu menjadi kenyataan
5.      Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara analisis, perencanaan serta tingkat kendala khusus untuk system pracetak yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi.

H. Sistem Pracetak Beton
          Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu system konvensional, system formwork dan system pracetak.

          Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari system konversional dengan digunakannya system formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain System Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan Sistem Mivan menggunakan bahan alumunium.

          Pada system pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik.

I.  Sistem Koneksi
1.    Sambungan
Pada umumnya sambungan – sambungan bias dikelompokkan sebagai berikut :
a)      Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban vertical ) akibat beban sendiri dari komponen .
b)      Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
c)      Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.
d)     Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata menyerdiakan ruang gerak untuk pemasangan .

2.    Ikatan
Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :
a)      Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras. Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.

b)      Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego” (permainan balok susun anak-anak) disebut Iaktan Terapan. Dimulai dengan cara hubungan “ PELETAKAN “, kemudian berkembang menjadi “ Saling Menggigit “. Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang pembantu.
c)      Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
·         Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
·         Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )
Catatan :
a.       Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi
b.      Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
c.       Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.

d)     Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsure Post Tensioning dalam system koneksi. Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan. Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning.

3.    Simpul
Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur. Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertical.

b.      Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen juga disalurkan.

c.       Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical
d.      Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan – tarik dan geser

e.       Simpul yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu. Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih bagian

J. Pembuatan Beton Pracetak

            Untuk precast beton atau disebut beton pracetak proses pembuatanya dengan menggunakan cetakan sesuai bentuk yang di inginkan, pertama yang disiapkan untuk mencetak beton precast adalah cetakan yang sesuai ukuran dan bentuk yang diinginankan dengan menggunakan cetakan.

            Untuk mencetak precast beton menggunakan bahan dasar pasir yang pilihan kemudian dicuci bersih untuk menghilangkan endapan lumpur, pasir yang telah di cuci dicampur dengan semen sesuai takaran yang ditentukan kemudian dicetak dengan cetakan. Setelah bahan-bahan tadi jadi dituangkan maka di tengahnya biberi besi tulangan kemudian ditutup kembali dengan adukan semen sesuai ukuran, untuk menghasilkan cetakan yang cepat kering maka diberi bahan pengering. Setelah itu akan menghasilkan yang disebut Precast Beton.

Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu:
1.      Tahap Design
Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layaknya.

2.      Tahap Produksi
Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :
a.       Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk
b.      Mutu dari bahan baku
c.       Mutu dari cetakan
d.      Mutu atau kekuatan beton
e.       Penempatan dan pemadatan beton
f.       Ukuran produk
g.      Posisi pemasangan
h.      Perawatan beton
i.        Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
j.        Pencatatan ( record keeping )
Tahap produksi terdiri dari :
a)      Persiapan
b)      Pabrikasi tulangan dan cetakan
c)      Penakaran dan pencampuran beton
d)     Penuangan dan pengecoran beton
e)      Transportasi beton segar
f)       Pemadatan beton
g)      Finishing / repairing beton
h)      Curing beton

3.      Tahap Pascaproduksi
Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage), penumpukan (stacking), pengiriman (transport) dan tahap pemasangan di lapangan (site erection).

Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
a.       Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen
b.      Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang.

Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a.       Macam komponennya : linier atau plat
b.      Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun
c.       Berat komponen : berdasarkan beban maksimum
d.      Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi

Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :
a.       Dicor di tempat disebut Cast In Situ
b.      Dicor di pabrik

Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :
a.       Beton pracetak biasa
b.      Beton prategang pracetak

Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;
a.       Pre-tensioned Prestressed Concrete
b.      Post-tensioned Prestressed Concrete

K. Metode Membangun dengan Konstruksi Precast
Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :
1.      Pembuatan rangka tulangan
2.      Pembuatan cetakan
3.      Pembuatan campuran beton
4.      Pengecoran beton
5.      Perawatan ( curing)
6.      Penyempurnaan akhir
7.      Penyimpanan



Transportasi dan alat angkut

          Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport. Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
a.       Spesifikasi alat transport
b.      Ronte transport
c.       Perijinan

          Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan (perakitan). Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.       Keran mobile
b.      Keran teleskopis
c.       Keran menara
d.      Keran portal

L. Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )
Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :
a.       Dirakit per elemen
b.      Lift – Slab system, pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis. Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
·         Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
·         Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.
·         Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
c.       Slip – Form System
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.

d.      Push – Up / Jack – Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.
e.       Box System
Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.

M. Klasifikasi Sistem Precast Cocrete
Sistem pracetak dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a)      Sebagai komponen struktur
1.      Tiang pancang beton dan system sambungan
Ada beberapa bentuk dari tiang pancang. Bentuk yang paling umum adalah persegi massif, karena paling mudah dibuat. Varian lain adalah bentuk bulat berongga (spinning) dalam cetakan yang berbentuk bulat.

2.      Pelat lantai pracetak
Pada tahun 1984, komponen pracetak lantai mulai dikenal di indonesia pada pembangunan menara bdni. Bentuk yang umum digunakan adalah pelat prategang berongga (hollow core slab).

3.      Girder jembatan dan jalan laying
Komponen ini sangat popular karena jelas lebih mudah bibandingkan struktur baja. Varian pertama berbentuk void slab, dengan system prategang pratarik, varian berbentu i , dengan system prategang pascatarik, varian berbentuk y, varian berbentuk box dengan system prategang pascatarik.

4.      Turap
Adalah struktur geoteknik yang fungsinya menanam perbedaan tinggi tanah, misalnya pada struktur galian, kolam atau timbunan.

5.      Bantalan rel
Sejak jaman belanda bahan kayu popular digunakan unytuk bantalan rel.
b)      Sebagai system struktur
1.      Sistem waffle crete (1995)
Sistem ini termasuk katagori system dinding pemikul dengan komponen pracetak berupa panel lantai dan panel dinding beton bertulang yang disambung dengan baut baja.

2.      Sistem column-slab (1996)
Keunggulan system ini terletak pada perencanaan struktur elemen dan kepraktisan pemasangannya. Pemasangan ini sangat cepat yaitu dua hari perlantai bangunan.

3.      Sistem l shape wall (1996)
Komponen utamanya adalah dinding pracetak beton bertulang l, yang berfungsi juga sebagi dinding pemikul.

4.      Sistem all load bearing wall (1997)
Komponen pracetaknya adalah komponen dinding dan lantai beton bertulang massif setebal 20 cm, merupakan system dinding pemikul.

5.      Sistem bangunan jasubakim (1998)
Sistem ini termasuk kategori system pracetak komposit hybrid berbentuk langka. Sistem ini mengkombinasikan monolit konversional, formwork dan pracetak. Komponen pracetak ini selain bersifat struktur juga berfungsi sebagai formwork dan perancah untuk beton cor di tempat.

6.      Sistem bresphaka(1999)
Ciri khas system ini adalah menggunakan bahan beton ringan untuk komponen kolom dan balok.bahan beton ringan utamanya adalah agregat kasar yang terbuat dari bahan abu terang. Ciri khas yang lain adalah kolom berbentuk t serta komponen lainnya adalah balok dan pelat.

7.      Sistem, cerucuk matras beton
Solusinya dengan menggunakan system cerucuk matras beton yang dapat dipasang sedalam yang direncanakan dengan melakuakn penyambungan, sehinnga dapat diperoleh daya dukung, penurunan dan tingkat kestabilan yang diinginkan.

N. Metode Pelaksanaan Pemasangan
          Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting atau pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan sambungan balok-balok beton pracetak dengan pembebanan statis dan kemampuan struktur yang disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian dinamis. Metode penyambungan elemen beton pracetak menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur pracetak akan lebih cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur menggunakan beton pracetak akan lebih baik.

          Untuk mendapatkan struktur beton pracetak yang mempunyai redaman yang besar, maka sambungan elemen beton pracetak mempunyai konfigurasi tulangan pada sambungan

          Yang tidak kaku. Pada sambungan tipe-a, tulangan tengah tidak disambung tetapi ditekuk 45o ke arah pusat sambungan. Tipe ini mempunyai daya redam yang besar daripada sambungan tipe-b yang seluruh tulangan utamanya diteruskan. Metode ini dapat diperluas dengan meneliti sambungan kolom-balok, kolom-kolom, dan kolom-fondasi.
Selain itu jenis sambungan dapat menggunakan sambungan kering yang menggunakan baut atau sistem las.

Beberapa prinsip cara pemasangan (erection )
a)      Cara pemasangan perbagian ( vertical )
·         Dilakukan trave per trave
·         Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar
·         Perlu landasan yang cukup kuat, mobil crave bias bergerak memenuhi jarak jangkau
·         Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen lebih leluasa
·         Biasanya untuk 3-5 tingkat

b)      Cara pemasangan perlapis ( horizontal )
·         Dilakukan lantai perlantai
·         Perlu alat pengangkat yang dapat mencari seluruh bagian bangunan
·         Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama palt lantai
·         Crane yang biasa digunakan tower cxrane putar
·         Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan

c)      Cara pemasangan lift slab
·         Kolom menerus pelat lantai di cor satu diatas yang lain
·         Alat pengangkat hidraulis
·         Perlu pasak untuk pengunci dalam pemasangan

d)     Cara pemasangan jack block
·         Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah hidraulis jack dipasang di bawah komponen pendukung vertical
·         Dengan mengatur secara berganti penggunaan hydraulic jack dan penempatan penunjang (dari blok beton) seluruh komponen diangkat ke atas
·         Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya dipersiapkan di permukaan tanah
·         Demikian seterusnya



e)      Cara pemasangan kombinasi
·         Penggunaan cara pemasangan dengan berbagai cara ini cara yang paling lazim

Komponen struktur yang sering digunakan
Ada beberapa tipe precast concrete yang sering digunakan saat ini,yaitu sebagai berikut:
a.       Pelat lantai pre-cast (hollow-core slab)
b.      Dinding luar ( skin-wall )
c.       Komponen tangga ( precast stair )
d.      Transportasi jalan raya ( road transportation )

O. Beton Precast vs Cor Di Tempat? Mana yang Lebih Baik?
          Beton precast (precast concrete) atau beton pracetak adalah elemen struktur beton yang dicor dan dirawat (curing) di lokasi lain, misal workshop atau pabrik (bukan di tempat elemen struktur beton itu akan dipasang). 

          Setelah mencapai umur beton yang cukup, barulah beton precast dikirim ke lokasi pekerjaan dan dirakit / dirangkai. Proses pelaksanaan pemasangan / perangkaian dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat misalnya mobile crane.

          Beton precast biasanya digunakan pada komponen / elemen bangunan yang bersifat tipikal, misalnya tiang pancang, dinding penahan tanah (sheet pile beton), saluran beton, saluran u ditch beton dan tutupnya. Sedangkan untuk beton bangunan gedung elemen yang tipikal antara lain kolom dan balok beton, dinding façade, dan pelat lantai beton.

Beberapa keunggulan beton precast antara lain adalah :
1.      Waktu pelaksanaan pekerjaan lebih cepat, karena elemen bangunan yang tipikal bisa dikerjakan secara parallel sehingga setelah tiba di lokasi pekerjaan dapat segera dipasang/ dirangkai.
2.      Lebih ekonomis dalam penggunaan bekisting.
3.      Mutu lebih terjamin.
4.      Tidak terlalu terpengaruh kondisi cuaca
5.      Produktivitas lebih tinggi.

Tetapi selain keunggulan tersebut, terdapat beberapa kekurangan penggunaan beton precast, antara lain :
1.      Memerlukan tambahan biaya transportasi yang cukup besar.
2.      Memerlukan alat berat dengan kapasitas yang relatif besar untuk pelaksanaan pemasangannya / perangkaiannya yang mana membutuhkan biaya yang besar pula..
3.      Perlu perhatian khusus pada sambungan-sambungannya.
4.      Memerlukan lahan yang luas untuk proses produksinya.

Beton cor di tempat atau sering disebut cast in situ adalah beton yang langsung dicor pada lokasi elemen struktur yang direncanakan. Keunggulan dari beton cor di tempat adalah :
1.      Lebih ekonomis dari segi biaya, tidak memerlukan biaya tambahan untuk transportasi material dan alat berat khusus misalnya crane untuk proses pemasangan / perangkaian.
2.      Meminimalisir terjadinya masalah pada sambungan elemen struktur. 

Sedangkan kekurangan penggunaan beton cor di tempat adalah :
1.      Waktu pelaksanaan konstruksi lebih lama, karena masing-masing elemen struktur yang saling ketergantungan harus dikerjakan secara berurutan.
2.      Mutu kurang terjamin, terutama permukaan betonnya tidak sehalus beton precast. 

          Kesimpulannya sampai batas tertentu mungkin total biaya material penggunaan beton precast akan lebih mahal daripada beton cor di tempat, tetapi lebih menjamin mutunya dan mempercepat pelaksanaan konstruksi. Penggunaan sistem precast sebaiknya dipakai hanya pada elemen bangunan yang bersifat tipikal jika elemen bangunan tidak bersifat tipikal maka lebih baik menggunakan cor di tempat saja.


Komentar

Postingan Populer