First Leaf in Auntum



First Leaf in Autumn

 

            Sehelai daun yang terbang meninggalkan tangkainya di hari pertama musim gugur, terduduk santai dibalik kaca. Kenangan itu terus terulang. Saat tangan hangatmu menyentuh pipiku. Suaramu, kehangatanmu, senyummu tak pernah bisa kulupakan. Walaupun hanya sesaat, kau terus hadir didalam bunga tidurku. Menemaniku di gelapnya malam bersama sinar rembulan. Aku selalu berharap ini bukanlah sekedar mimpi. Bertemu denganmu untuk yang terakhir kalinya adalah harapanku yang tidak pernah tidur.
            Sinar lembut matahari membelai hangat wajahku, membangunkanku. Seperti biasa, aku langsung mandi dan berangkat kuliah. Hidup tanpa tujuan yang jelas. Mematuhi perintah orang tua. Melakukan semuanya sesuai perintah. Sejak kejadian hari itu, aku merasa kehilangan segalanya. Kehilangan arah. Kehilangan semua yang aku miliki dan inginkan.
            Sore itu, dimusim yang sama. Saat pertama aku melihatnya, menatap matanya dalam. Saat itu juga hatiku berdebar kencang tak karuan. Membuatku tak bisa memalingkan pandanganku darinya. Aku sadar itulah saat pertama aku jatuh cinta pada seseorang. Seseorang yang ramah, tampan, tinggi dan cerdas.
            “Hey, kau menjatuhkan ini” kata seseorang yang tidakku kenal.
            “Eh.. Terima kasih” seketika aku terdiam menatap dalam wajahnya. Dai pun bingung dan mencoba menyadarkanku.
            “Hey, kau tidak apa-apa? Apa ada yang salah? Hey, nona?”.
            Aku yang tersadar langsung menggeleng-gelengkan kepalaku.
            “Aku tidak apa-apa. Maaf hehe. Kau tinggal di sekitar sini? Aku baru pertama kali melihatmu”
            “Aku tinggal di komplek sebelah, tidak jauh dari sini. Aku hanya merindukan tempat ini.  kalau boleh tau, siapa namamu?”
            “Namaku Jessica, aku tinggal di dekat sini hehe, namamu?”
            “Panggil saja Jassen, mau berjalan-jalan sebentar? Kau mengingatkanku pada sosok ibuku”
            “Eh? Apa ibumu sudah…”
            “Hmm.. tidak haha, aku hanya tidak sedang tinggal dengannya”
            “Ohh begitu..”
            “Lihat pohon itu, pohon itu selalu menggugurkan daunnya pertama kali saat musim gugur. Indah bukan?”
            Aku membalikan badanku dan melihat sebuah pemandangan yang sangat indah hingga membuatku tak mampu berkata-kata. Daun pertama yang jatuh ke hadapanku diambil olehnya.
            “Kau harus menyimpan ini, kata orang jaman dulu jika kita menyimpan daun pertama yang jatuh saat musim gugur, kita diperbolehkan meminta 1 harapan”
            “Meminta kesiapa? Pada nenekmu? Hahaha” kataku setengah tidak percaya sambil mengambil daun itu dan menyelipkannya ke buku yang aku bawa saat itu.
            Kami pun semakin dekat dan mengenal satu sama lain. Timbul perasaan yang berbeda diantara kami. Menjalani hubungan dan menghabiskan waktuku bersamanya. Aku rasa itu hidup yang sempurna.
            Hingga suatu hari aku tidak dapat menemukannya dimanapun. Dia tak membalas pesan singkatku selama 3 hari. Ketika aku pergi kerumahnya, dia juga sudah tidak ada disana. Setiap hari aku pergi ke taman tempat pertama kita bertemu, café tempat kita bercanda dan toko buku tempat kita menghabiskan waktu berdua. Entah kemana aku harus mencarimu lagi. Aku hanya bisa menangis dan menghabiskan waktuku di kamar memikirkan dimana keberadaanmu sambil memandangi daun itu. Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi.
            Setelah beberapa hari mengurung diri di kamar, akupun menjalani hidupku seperti biasa, seperti kehadirannya yang hanyalah sebuah mimpi indah yang sangat panjang. Meskipun mimpi itu terasa begitu nyata dan rasa sakitnya benar-benar menyayat hatiku. Aku hanya bisa menjalani hidupku bersama harapanku. Harapanku yang tidak pernah tidur adalah bertemu denganmu lagi meskipun hanya sebentar di dunia nyata, menggenggam erat tanganmu dan memeluk erat tubuh hangatmu.



~END~
           

Komentar

Postingan Populer